Rabu, 15 Februari 2012

Masukan dari BMC untuk manajemen PO. Sumber Kencono :


Senin, 9 Januari 2012 rekan2 dari BMC Jatimer menyambangi manajemen PO. Sumber Kencono guna memberikan masukan-masukan yang sekiranya bisa dipertimbangkan demi kemajuan PO. Sumber Kencono group, dengan kejadian laka yang akhir2 ini menjadi sorotan masyarakat. Dan diterima langsung oleh ownernya yaitu bapak Setyaki.



Secara garis besar berikut adalah usulan ke PO. Sumber Kencono

1. Penanganan pasca Insiden / Laka

Pengadaan hukuman di luar denda / klem
usulan :
Adanya masa skorsing pertama, saat masa skorsing pengemudi yang baru saja mengalami laka wajib hadir di kantor setiap hari selama jam kerja 8pagi-5sore tanpa ada tugas apapun selama beberapa hari ( 1 minggu ) . Dalam masa ini diadakan pendampingan oleh psikolog utk memberikan efek kebersamaan mendengar dan memotivasi pengemudi utk lebih santun mengemudi dan keluar dari trauma . Pada masa ini juga di isi pemberian materi ttg safety driving , peraturan lantas dll... dengan harapan pengulangan2 materi ini selain mengingatkan kembali cara2 mengemudi yang benar juga memberikan efek jera

masa skorsing 2, setelah masa skorsing 1 selesai.. pengemudi bersangkutan diberi tugas di luar urusan ngelen ( menjalankan bis sesuai trayek ), tapi diberi tugas jika ada pariwisata, mengantaarkan sasis ke karoseri atau mengambil armada baru dari karoseri

2. Menghilangkan budaya blong2an

Dalam hal ini bukan berarti mengurangi ketepatan waktu. Temuan beberapa responden mengatakan beberapa pengemudi SK menjalankan kendaraan dengan kecepatan tinggi bukan karena menjaga ketepatan waktu atau mengejar titik point tempat biasa ada penumpang naek, tetapi karena adanya perasaan ingin “mbalap” ngarepe atau gengsi di blong mburine.

3.  Dalam pengamatan kami ada kesamaan yg cukup menonjol dalam 3 kasus dengan korban jiwa terbanyak akhir2 ini. Yaitu laka 7666 , 7181 dan 7727. Kesamaan tersebut adalah sama2 armada cadangan dengan pengemudi reareo
usul kami :

- Jika armada cadangan hari berikutnya dijalankan oleh pengemudi lain, harus punya waktu yang cukup lama di garasi untuk pengecekan kondisi kendaraan yg lebih intensif ( studi kasus 7666 yg pada hari naasnya hanya punya waktu 1 jam utk berada di garasi. Tentang 7666 ini sudah pernah kami sampaikan secara langsung kepada Bapak Setyaki di garasi)

- Perlu aturan khusus / petugas ops khusus / pengawasan khusus tentang sopir reareo. Dikarenakan pembagian roster SK yang cuma 8 jam per roster terlebih jika mereka masih baru di SK, otomatis jika seorang pengemudi di hari senin jalan pada pukul 10 malam, keesokan harinya dia jalan pada pukul 8-9 malam maka sangat berpengaruh kepada waktu istirahat. Terlebih jika pengaturan jalan hari berikutnya sudah dijadwalkan sebelumnya / dijadwalkan saat pengemudi sedang bertugas bisa berakibat pengemudi menjalankan kendaraan semakin kencang untuk mengejar jam istirahat. Solusi lain adalah pengemudi reareo bisa berpindah2 roster sebelum punya pegangan

- setiap armada dan jam kebrangkatannya menurut kami punya karakteristik utamanya utk menentukan titik biasanya calon penumpang berkumpul. Karakteristik ini yg menentukan seorang pengemudi melaju kencang atau pelan. Seorang pengemudi yang baru 2-3 kali bawa armada di jam tertentu belum tentu menguasai karakteristik terlebih beberapa armada SK banyak armada yang jamnya belum tertata rapi, ke arah jogja ada jam mluntir di madiun, ke arah sby ada jam mluntir di solo, solusinya pengemudi reareo harus jalan bersama kernet yg punya pegangan

4.  Mengubah Premi 6% menjadi tetap 10% untuk armada yang dengan terpaksa perpal di solo, dengan syarat2 tertentu seperti kondisi jalan macet yang mengakibatkan jika dipaksakan sampe ke jogja waktu semakin mepet.

5.  Dalam Pengamatan kami, SK Semarang telah mengalami kemajuan yang cukup signifikan dalam hal safety. Jumlah laka SK semarang semenjak semua berganti AC jauh lebih sedikit dibandingkan saat SK semarang masih ber nopol W64xxFU. Semoga perbaikan yang ada di SK Semarang bisa diimplementasikan ke semua armada. Menurut kami SK semarang menjadi lebih safety karena dua hal yaitu :

1. Beratnya / jauhnya trayek menyebabkan pengemudi dan kernet adalah mereka yang terpilih. dan saat berada di terboyo/garasi pengemudi benar2 menggunakan waktu istirahat secara efektif
2. Adanya revisi perbaikan jam untuk mengurangi jam mepet. Seperti 7804UY, tirtonadi arah sby jam keberangkatan lebih awal dibandingkan 6474FU. Kemudian 7398/7802 jam keberangkatan dimajukan karena waktu tempuh sby-solo yang lebih mepet. Juga 7722,7674,7741 waktu keberangkatan dari solo arah surabaya lebih mundur. Semoga revisi2 jam keberangkatan SK semarang ini bisa di implementasikan ke seluruh armada sehingga jam2 mepet atau crew mengistilahkan “Jogja kembali” bisa dihilangkan

6.   Dalam pengamatan kami pula, SK Wonogiri hampir tidak pernah mengalami laka. Hal ini bisa jadi memang karena jarak tempuh yang lebih dekat atau bisa juga karena ada paradigma “SK Wonogiri Pelan” sehingga pengemudi yang menjalankan pun menjadi lebih santai dan berhati hati

7.   Meningkatkan loyalitas pengemudi dengan reward secara kontinu untuk pengemudi berprestasi. Seperti pengemudi senior yang minim mengalami laka, santun mengemudi, santun kepada penumpang, jarang perpal, disiplin masuk kerja, premi dinaikkan menjadi 12% atau ada tunjangan prestasi setiap bulan, mendapatkan armada terbaru, kemudahan waktu naek yang semula 6naek 3turun bisa menjadi 3naek 3turun. Dengan harapan para pengemudi meningkatkan layanan kepada penumpang dan semakin mengutamakan safety. Tetapi saat pengemudi berprestasi ini mengalami laka maka premi kembali 10% dan tetap menjalani masa skorsing

 (sumber : Angga A. Indrajana dan Rakhmat Ardiansyah )

Wayan Sindhuranu
BMC-JATIM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar