Rabu, 15 Februari 2012

CAPER : Si Biru PK Menerjang Abu Vulkanik (FROM bismaniacommunity)

Sore itu, 3 November 2010 sekitar jam 4 sore tepat ketika baru saja selesai rapat di bilangan sunter saya langsung ambil handphone untuk meminta tolong tim saya yang berada di bandung. “San (namanya Susan) tolong ke jalan riau, di depan kafe bali ada Agen Bis Pahala Kencana, pokoknya kalau ada bis bagus lagi parkir nah.. di situ tempatnya”…. “pesankan satu tiket ke jogja via magelang buat besok”… dan setelah menyanggupi maka pikir saya semuanya akan sesuai rencana bahwa saya tidak perlu go show di Cicaheum.

menerjang abu vulkanik

Akhirnya dengan perasaan tenang saya pulang ke rumah di kawasan pinggiran bekasi dan jakarta untuk persiapan packing buat turing besok. Kira-kira jam 7 malam baru menyruput mie instant terdengar selular saya berbunyi sambil di ujung telpon terucap “halo pak,  saya baru ke jalan riau jam 7 malam tapi agennya sudah tutup” .  waduh… konfirmasi ini membuat saya harus go show dong sambil membatin “ya iyalah… lha wong bis’nya aja berangkat jam 6 ngapain buka sampai 7 malam, yo wes lah.. saya maklumi karena si susan bukanlah bismania.. he3x…” .

Subuh jam 5 dengan diantar saudara berboncengan saya diantar menuju Jati Bening untuk menuju Bandung, maklum masuk kerja jam 08.30 kalau telat uang makan bisa hangus. Sampai di Jatibening jam 05.15 tampak Laju Prima Merak-Bandung lagi parkir. “Wah.. boleh nih menjajal Laju Prima karena seperti biasanya PJ’lah yang mengantar saya ke Bandung dengan armada pertama yang berangkat dari UKI jam 05.30 dan merapat di Jati bening 05.45”. Kakipun saya pijakkan ke dalam LP dan memilih deret kanan agar bisa melihat bis-bis dari timur berpacu di tol Cikampek mengejar kemacetan Jakarta. Tak lama berselang sang kondektur menghampiri dan sayapun bertukar kertas, kalau saya dapat secarik kertas tiket dan si kondektur mendapatkan lembaran 50 ribu. Namun singkatnya LP ini ngejos abis dengan selalu di jalur kanan sehingga membuat saya tertidur sampai keluar Cikopo… he3x…

Jam 7.15 sampai di Leuwi Panjang langsung memilih angkutan ke arah Kiara Condong, pada saat itu telponpun berdering dan dari ring tonenya saya pastikan bahwa ini panggilan dari menteri keuangan. “papa naik bis jam berapa? Sudah pesan tiket? Soalnya di sini mulai hujan abu” (saat itu memang istri dan anak2x.. sedang di muntilan menengok orang tua). Jawab saya “belum dipesen nanti goshow aja lah, tapi pasti ke sana (ke muntilan) soalnya sudah kepikiran anak-anak kena abu vulkanik, dan tolong sekalian pesen Santoso di agen tempel buat hari minggu

Sore haripun tiba, saat itu Bandung seperti ditumpahkan ribuan kubik air. Setelah melewati kemacetan di daerah kemacetan daerah cicadas akibat genangan air akhirnya persis jam 6 sore tiba di cicaheum. Dengan sedikit basah langsung hunting tiket hebatnya belum sampai ke loket agen para penjaja tiket sudah memberondong saya dengan menayakan arah tujuan saya. Sejenak berpikir kahirnya PK’pun dipilih. Padahal sebelumnya Bandung Ekspress atau PK adalah rekomendasi Mas Faiz dan Mas Arief BMC Bandung, namun factor speed menjadikan PK sebagai pemenang. Akhirnya kaki kulangkahkan ke agen PK. “Mas ke muntilan satu ya, armadanya apa mas?” … “RG mas, 95 ribu ya mas”…  “dapat makan mas?”… “dapat dong, tambah snack lagi”… “tambah banter yo mas”… “dijamin mas, mangkat keri tekan gasik (berangkat terkahir samapi pagi banget)” dan saya pun harus diminta siap jam 7 malam.

Lumayan satu jam bisa foto-foto beberapa armada bis yang sedang parkir, tampak bis-bis Muriaan mendominasi Leuwi Panjang sore itu. Terlihat Muji Jaya livery Hijau dengan interior TV 7 inc di setia deret kursnyai, kemudian mba Shanti berselendang Biru tampak dengan pantatnya yang seksi dan pastinya Nu3 tak mau ketinggalan bersanding berjejeran saling bersaing memamerkan keindahannya agar kita’pun tergoda merogoh koceknya untuk menikmati pelayanan mereka.

Tampak juga Rajawali , KD dan Bandrex trayek Solo dan Jogja masuk ke jejeran tersebut semakin meramaikan persaingan. Meskipun Maju Lancar rute Bandung – Wonosari juga ada tapi sepertinya nggak adil kalau dibandingkan. Sambil batin sih “ bagaimana mereka bisa menang lawan Muriaan? Mungkin hanya Rajawali yang bisa bersaing, lha wong TV di KD jarang nyala tapi di MJ setiap deret kursi ada TV’nya, dan berharap semoga bis Muriaan juga ngelen ke jogja”.  Sedangkan di sisi lain tampak Budiman, Godwil, Sahabat, dll hanya sibuk dengan penumpang jarak menengahnya.

Jam 7’pun sudah dilalui 10 menit tapi si Biru belum kelihatan juga ya, padahal Bandrex dan ML ke jogja sudah tancap gas. Selang lima menit si Biru akhirnya masuk dengan lampu smile’nya yang biru semakin joss dengan balutan Trisakti. Langsung saja kupijakkan kaki ke dalam lambung Trisakti tersebut dan ternyata cukup lega. Sempat diabadikan bagian interior di dalam sambil ditag FB ke beberapa teman BMC bandung. Selang 10 menit mas Faiz, Mas Dian, Mas Rian, kang Adi langsung dengan mudah menebak bahwa ini PK. Alasannya karena birunya dominan atau mungkin soalnya terlalu mudah ya buat bismania? Ha3x..

Disaat menunggu keberangkatan telpon berdering dengan ringtone yang khas dari menkeu “pah.. di sini mulai deras hujan abunya, batu juga sudah berjatuhan, lampu mati, telpon mati dan simbah di srumbung (desa 10 km dari Merapi) sudah ngungsi ke sini, anak-anak sudah di kamar semua, mohon doanya”… jawab saya “ya udah berdoa, pastikan logistik lengkap, ini sudah di bis, semoga bisa sampai sana secepatnya”. Waduh semoga sang driver’pun bias ngeblong abis dan tiba cepat di muntilan.

Akhirnya 7.30 roda mulai bergerak, tampak hanya membuntuti KD selama dari cicaheum sampai cileunyi. Lepas cileunyi hingga gentong sang driver’pun mengasapi beberapa armada seperti KD, Budiman, Bandrex dan ML yang dari Jakarta.  Gaya driver yang halus membuat saya tertidur hingga tiba-tiba terbangun saat makan di Tasik. Saat itu jam 10 malam hujan masih saja menemani turing kali ini dan hanya tampak PK yang parkir. Karena lapar langsung saja kaki kuarahkan ke jejeran makanan khas sunda dengan sistem prasmanan. Sangat lumayan sistem ini karna menghargai penumpang yang sedang kelaparan, ho3x…  satu buah telur asin dan oseng kikil dengan harum nasi khas sunda ditambah teh hangat tawar semakin membuat puas pelayanan PK malam ini.

Sebelum berangkat dari RM kusempatkan mencari antimo dan tolak angin cair sambil batin “bismania koq mabukan? Wkwkwkwk….” namun ini harus dilakukan agar bisa istirahat maksimal mengingat setibanya di muntilan harus kerja keras membantu saudara-saudara mengungsi. Lampu hazart’pun dinyalakan sebagai pertanda si biru akan meneruskan tugasnya. Selesai melakukan chek pemunpang oleh kondektur akhirnya ban menggelinding kembali dan dua butir antimo’pun saya tenggak beserta cairan Tolak Angin. Sekitar 5 menit akhirnya melintas RM di daerah Cihaeurbeti tampak KD, Bandreks dan MJ sedang mengisi perut kosongnya.  Kemudian tak sampai 10 menit langsung Zzzzzz… akibat efek dua antomi dan Tolak Angin.

Sempat tertidur cukup lama dan telponpun berdering tepat pukul 12.15 dengan mudah saya tebak pasti ini menteri keuangan, hanya saja pesan kali ini membuat saya merinding “pah.. mohon doanya, sekarang gempa sudah 15 menit, hujan abu dan batu sangat deras, suara gemuruh gunung Merapi kuat banget, listrik padam total dan telpon mati, kami sekeluarga saat ini ada di luar rumah…” . ya Tuhan kenapa koq jadi seperti ini, akhirnya saya coba menenangkan istri saya dan juga menenangkan diri saya (he3x..) semoga hal yang terburuk tidak menimpa bangsa ini lagi. Dan tentunya sambil berharap si biru menambah kecepatan agar segera tiba di muntilan.

Akhirnya sekitar jam 1 malam gempa mulai mereda, namun hujan pasir dan batu masih saja terjadi dan seluruh keluarga kembali masuk rumah. Membuat mata saya bisa kembali terpejam. Terbangun di RM kebumen dekat rel kereta untuk checker kemudian meneruskan tidur. Ketika si biru masuk terminal purworejo saya mulai terjaga kembali diakibatkan karena gaya akselarasi yang memutari terminal dengan kecepatan tinggi membuat saya hampir terjatuh dari tidur ayam. Karena terbangun saya sempatkan diri ke toilet dan melirik jam yang menunjukkan 03.15. Masih sedikit terjaga tampak si Biru diarahkan ke dalam kota purwerejo langsung menuju magelang dan hasilnya tertidur kembali.

Namun, suara gesekan ranting pohon membuat saya terbangun kembali. Pemandangan mencekam pagi itu membuat saya menjadi terbangung, si Biru dipaksa meliuk-liuk akibat banyak pohon tumbang di jalan raya, kacapun mulai diselimuti abu vulkanik. Di tengah meda seperti ini pada saat tertentu memaksa sang assiten turun ke jalan untuk membukakan jalan bagi sang driver agar si Biru bisa tetap melaju. Saya melihat di sini sang assiten dan sang driver harus kompak dalam segala hal, baik itu perhitungan dan felling, karena salah sedikit bisa terjembad atau menyenggol ranting pohon. Sempat melalui beberapa truk yang terpaksa berhenti arena terjebak tumpukan pohon akhir bertemu dengan KD dan tampak sang driver membiarkan KD memimpin rombongan pagi buta waktu itu.

menerjang abu vulkanik



Jam 05.30 akhirnya masuk magelang berbarengan dengan KD dan dengan sopan sambil membunyikan klason si Biru ngeblong KD menuju terminal Magelang.  Setelah menurunkan penumpang di terminal magleang langsung menuju muntilan. Kondisi saat itu masih rintik-rintik hujan abu dan menjelang muntilan hujan abu semakin besar membuat kaca si Biru semakin bertambah kusam. Setelah pertigaan Borobudur tampak jalan Raya Magelang tertutup abu pekat. Meluncur masuk Muntilan jalan diarahkan lewat jalan Pemuda dan pemandangan miris mulai terlihat, banyak orang menggunakan masker, helm, jas hujan sedang berjejer di pinggir jalan sambil membakar ban bekas, banyak pohon bertumbangan, seluruh pemandangan yang dilihat hanya warna abu-abu dan jalan bergemlombang memaksa si Biru melaju hanya 20 km/jam. Saat itu kota Muntilan bagai kota mati. Tampak juga poll Ramayana dalam kondisi mengenaskan bahkan kabarnya untuk trayek jogja – semarang perpal selama beberapa hari akibat banyak pegawainya yang mengurusi keluarganya mengungsi.

Tepat pukul 06.00 kaki ini turun dari si Biru di dusun Salam (tepat perbatasan Magelang – Jogja), dengan diiringi hujan abu vulkanik sempat saya abadikan si Biru kembali Menerjang Abu Vulkanik. Sebuah pengalaman turing yang begitu berharga.

Rasanya perjalanan kali ini cukup lama meskipun waktu tempuh cukup lumayan bagus, padahal 2 hari lagi masih harus turing kembali ke Jakarta


Salam

Antonius Angga
BMC Bandung

disadur dari milis : Bismania@yahoogroups.com
.fr.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar