Sore itu, 3 November 2010 sekitar jam 4 sore tepat ketika baru saja
selesai rapat di bilangan sunter saya langsung ambil handphone untuk
meminta tolong tim saya yang berada di bandung. “San (namanya Susan)
tolong ke jalan riau, di depan kafe bali ada Agen Bis Pahala Kencana,
pokoknya kalau ada bis bagus lagi parkir nah.. di situ tempatnya”….
“pesankan satu tiket ke jogja via magelang buat besok”… dan setelah menyanggupi maka pikir saya semuanya akan sesuai rencana bahwa saya tidak perlu go show di Cicaheum.
Akhirnya
dengan perasaan tenang saya pulang ke rumah di kawasan pinggiran bekasi
dan jakarta untuk persiapan packing buat turing besok. Kira-kira jam 7
malam baru menyruput mie instant terdengar selular saya berbunyi sambil
di ujung telpon terucap “halo pak, saya baru ke jalan riau jam 7 malam tapi agennya sudah tutup” . waduh… konfirmasi ini membuat saya harus go show dong sambil membatin “ya
iyalah… lha wong bis’nya aja berangkat jam 6 ngapain buka sampai 7
malam, yo wes lah.. saya maklumi karena si susan bukanlah bismania..
he3x…” .
Subuh jam 5 dengan diantar saudara
berboncengan saya diantar menuju Jati Bening untuk menuju Bandung,
maklum masuk kerja jam 08.30 kalau telat uang makan bisa hangus. Sampai
di Jatibening jam 05.15 tampak Laju Prima Merak-Bandung lagi parkir. “Wah..
boleh nih menjajal Laju Prima karena seperti biasanya PJ’lah yang
mengantar saya ke Bandung dengan armada pertama yang berangkat dari UKI
jam 05.30 dan merapat di Jati bening 05.45”. Kakipun saya pijakkan
ke dalam LP dan memilih deret kanan agar bisa melihat bis-bis dari timur
berpacu di tol Cikampek mengejar kemacetan Jakarta. Tak lama berselang
sang kondektur menghampiri dan sayapun bertukar kertas, kalau saya dapat
secarik kertas tiket dan si kondektur mendapatkan lembaran 50 ribu.
Namun singkatnya LP ini ngejos abis dengan selalu di jalur kanan
sehingga membuat saya tertidur sampai keluar Cikopo… he3x…
Jam
7.15 sampai di Leuwi Panjang langsung memilih angkutan ke arah Kiara
Condong, pada saat itu telponpun berdering dan dari ring tonenya saya
pastikan bahwa ini panggilan dari menteri keuangan. “papa naik bis jam berapa? Sudah pesan tiket? Soalnya di sini mulai hujan abu” (saat itu memang istri dan anak2x.. sedang di muntilan menengok orang tua). Jawab saya “belum
dipesen nanti goshow aja lah, tapi pasti ke sana (ke muntilan) soalnya
sudah kepikiran anak-anak kena abu vulkanik, dan tolong sekalian pesen
Santoso di agen tempel buat hari minggu”
Sore haripun
tiba, saat itu Bandung seperti ditumpahkan ribuan kubik air. Setelah
melewati kemacetan di daerah kemacetan daerah cicadas akibat genangan
air akhirnya persis jam 6 sore tiba di cicaheum. Dengan sedikit basah
langsung hunting tiket hebatnya belum sampai ke loket agen para penjaja
tiket sudah memberondong saya dengan menayakan arah tujuan saya. Sejenak
berpikir kahirnya PK’pun dipilih. Padahal sebelumnya Bandung Ekspress
atau PK adalah rekomendasi Mas Faiz dan Mas Arief BMC Bandung, namun
factor speed menjadikan PK sebagai pemenang. Akhirnya kaki kulangkahkan
ke agen PK. “Mas ke muntilan satu ya, armadanya apa mas?” … “RG mas, 95 ribu ya mas”… “dapat makan mas?”… “dapat dong, tambah snack lagi”… “tambah banter yo mas”… “dijamin mas, mangkat keri tekan gasik (berangkat terkahir samapi pagi banget)” dan saya pun harus diminta siap jam 7 malam.
Lumayan
satu jam bisa foto-foto beberapa armada bis yang sedang parkir, tampak
bis-bis Muriaan mendominasi Leuwi Panjang sore itu. Terlihat Muji Jaya
livery Hijau dengan interior TV 7 inc di setia deret kursnyai, kemudian
mba Shanti berselendang Biru tampak dengan pantatnya yang seksi dan
pastinya Nu3 tak mau ketinggalan bersanding berjejeran saling bersaing
memamerkan keindahannya agar kita’pun tergoda merogoh koceknya untuk
menikmati pelayanan mereka.
Tampak juga Rajawali , KD dan
Bandrex trayek Solo dan Jogja masuk ke jejeran tersebut semakin
meramaikan persaingan. Meskipun Maju Lancar rute Bandung – Wonosari juga
ada tapi sepertinya nggak adil kalau dibandingkan. Sambil batin sih “
bagaimana mereka bisa menang lawan Muriaan? Mungkin hanya Rajawali yang
bisa bersaing, lha wong TV di KD jarang nyala tapi di MJ setiap deret
kursi ada TV’nya, dan berharap semoga bis Muriaan juga ngelen ke jogja”. Sedangkan di sisi lain tampak Budiman, Godwil, Sahabat, dll hanya sibuk dengan penumpang jarak menengahnya.
Jam
7’pun sudah dilalui 10 menit tapi si Biru belum kelihatan juga ya,
padahal Bandrex dan ML ke jogja sudah tancap gas. Selang lima menit si
Biru akhirnya masuk dengan lampu smile’nya yang biru semakin joss dengan
balutan Trisakti. Langsung saja kupijakkan kaki ke dalam lambung
Trisakti tersebut dan ternyata cukup lega. Sempat diabadikan bagian
interior di dalam sambil ditag FB ke beberapa teman BMC bandung. Selang
10 menit mas Faiz, Mas Dian, Mas Rian, kang Adi langsung dengan mudah
menebak bahwa ini PK. Alasannya karena birunya dominan atau mungkin
soalnya terlalu mudah ya buat bismania? Ha3x..
Disaat menunggu keberangkatan telpon berdering dengan ringtone yang khas dari menkeu “pah..
di sini mulai deras hujan abunya, batu juga sudah berjatuhan, lampu
mati, telpon mati dan simbah di srumbung (desa 10 km dari Merapi) sudah
ngungsi ke sini, anak-anak sudah di kamar semua, mohon doanya”… jawab saya “ya udah berdoa, pastikan logistik lengkap, ini sudah di bis, semoga bisa sampai sana secepatnya”. Waduh semoga sang driver’pun bias ngeblong abis dan tiba cepat di muntilan.
Akhirnya
7.30 roda mulai bergerak, tampak hanya membuntuti KD selama dari
cicaheum sampai cileunyi. Lepas cileunyi hingga gentong sang driver’pun
mengasapi beberapa armada seperti KD, Budiman, Bandrex dan ML yang dari
Jakarta. Gaya driver yang halus membuat saya tertidur hingga tiba-tiba
terbangun saat makan di Tasik. Saat itu jam 10 malam hujan masih saja
menemani turing kali ini dan hanya tampak PK yang parkir. Karena lapar
langsung saja kaki kuarahkan ke jejeran makanan khas sunda dengan sistem
prasmanan. Sangat lumayan sistem ini karna menghargai penumpang yang
sedang kelaparan, ho3x… satu buah telur asin dan oseng kikil dengan
harum nasi khas sunda ditambah teh hangat tawar semakin membuat puas
pelayanan PK malam ini.
Sebelum berangkat dari RM kusempatkan mencari antimo dan tolak angin cair sambil batin “bismania koq mabukan? Wkwkwkwk….”
namun ini harus dilakukan agar bisa istirahat maksimal mengingat
setibanya di muntilan harus kerja keras membantu saudara-saudara
mengungsi. Lampu hazart’pun dinyalakan sebagai pertanda si biru akan
meneruskan tugasnya. Selesai melakukan chek pemunpang oleh kondektur
akhirnya ban menggelinding kembali dan dua butir antimo’pun saya tenggak
beserta cairan Tolak Angin. Sekitar 5 menit akhirnya melintas RM di
daerah Cihaeurbeti tampak KD, Bandreks dan MJ sedang mengisi perut
kosongnya. Kemudian tak sampai 10 menit langsung Zzzzzz… akibat efek
dua antomi dan Tolak Angin.
Sempat tertidur cukup lama dan
telponpun berdering tepat pukul 12.15 dengan mudah saya tebak pasti ini
menteri keuangan, hanya saja pesan kali ini membuat saya merinding “pah..
mohon doanya, sekarang gempa sudah 15 menit, hujan abu dan batu sangat
deras, suara gemuruh gunung Merapi kuat banget, listrik padam total dan
telpon mati, kami sekeluarga saat ini ada di luar rumah…” . ya
Tuhan kenapa koq jadi seperti ini, akhirnya saya coba menenangkan istri
saya dan juga menenangkan diri saya (he3x..) semoga hal yang terburuk
tidak menimpa bangsa ini lagi. Dan tentunya sambil berharap si biru
menambah kecepatan agar segera tiba di muntilan.
Akhirnya
sekitar jam 1 malam gempa mulai mereda, namun hujan pasir dan batu
masih saja terjadi dan seluruh keluarga kembali masuk rumah. Membuat
mata saya bisa kembali terpejam. Terbangun di RM kebumen dekat rel
kereta untuk checker kemudian meneruskan tidur. Ketika si biru masuk
terminal purworejo saya mulai terjaga kembali diakibatkan karena gaya
akselarasi yang memutari terminal dengan kecepatan tinggi membuat saya
hampir terjatuh dari tidur ayam. Karena terbangun saya sempatkan diri ke
toilet dan melirik jam yang menunjukkan 03.15. Masih sedikit terjaga
tampak si Biru diarahkan ke dalam kota purwerejo langsung menuju
magelang dan hasilnya tertidur kembali.
Namun, suara
gesekan ranting pohon membuat saya terbangun kembali. Pemandangan
mencekam pagi itu membuat saya menjadi terbangung, si Biru dipaksa
meliuk-liuk akibat banyak pohon tumbang di jalan raya, kacapun mulai
diselimuti abu vulkanik. Di tengah meda seperti ini pada saat tertentu
memaksa sang assiten turun ke jalan untuk membukakan jalan bagi sang
driver agar si Biru bisa tetap melaju. Saya melihat di sini sang assiten
dan sang driver harus kompak dalam segala hal, baik itu perhitungan dan
felling, karena salah sedikit bisa terjembad atau menyenggol ranting
pohon. Sempat melalui beberapa truk yang terpaksa berhenti arena
terjebak tumpukan pohon akhir bertemu dengan KD dan tampak sang driver
membiarkan KD memimpin rombongan pagi buta waktu itu.
Jam
05.30 akhirnya masuk magelang berbarengan dengan KD dan dengan sopan
sambil membunyikan klason si Biru ngeblong KD menuju terminal Magelang.
Setelah menurunkan penumpang di terminal magleang langsung menuju
muntilan. Kondisi saat itu masih rintik-rintik hujan abu dan menjelang
muntilan hujan abu semakin besar membuat kaca si Biru semakin bertambah
kusam. Setelah pertigaan Borobudur tampak jalan Raya Magelang tertutup
abu pekat. Meluncur masuk Muntilan jalan diarahkan lewat jalan Pemuda
dan pemandangan miris mulai terlihat, banyak orang menggunakan masker,
helm, jas hujan sedang berjejer di pinggir jalan sambil membakar ban
bekas, banyak pohon bertumbangan, seluruh pemandangan yang dilihat hanya
warna abu-abu dan jalan bergemlombang memaksa si Biru melaju hanya 20
km/jam. Saat itu kota Muntilan bagai kota mati. Tampak juga poll
Ramayana dalam kondisi mengenaskan bahkan kabarnya untuk trayek jogja –
semarang perpal selama beberapa hari akibat banyak pegawainya yang
mengurusi keluarganya mengungsi.
Tepat pukul 06.00 kaki
ini turun dari si Biru di dusun Salam (tepat perbatasan Magelang –
Jogja), dengan diiringi hujan abu vulkanik sempat saya abadikan si Biru
kembali Menerjang Abu Vulkanik. Sebuah pengalaman turing yang begitu
berharga.
Rasanya perjalanan kali ini cukup lama meskipun
waktu tempuh cukup lumayan bagus, padahal 2 hari lagi masih harus turing
kembali ke Jakarta
Salam
Antonius Angga
BMC Bandung
disadur dari milis : Bismania@yahoogroups.com
.fr.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar